Pages - Menu

Monday, April 29, 2019

Ada Mutiara di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah

Bagaimana perasaan kalian jika kalian akan ditempatkan di daerah 3T (Terdepan Terluar Tertinggal)? 
yang mana daerah itu belum pernah sama sekali kalian dengar dimana keberadaannya?
Bagaimanakah suasananya?
Bagaimana keadaan tempat dan orang-orang di sana?
...................................
Pertanyaan lain yang muncul adalah apakah disana aman?
Apakah saya bakal betah tinggal di sana? 
Apakah makanannya cocok di lidah saya?
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul di dalam pikiran orang yang akan datang dan tinggal selama satu tahun di daerah 3T.

Semua pertanyaan itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam pikiran saya ketika saya akan berpetualang dan membuat pengalaman di dalam hidup saya untuk satu tahun kedepan. Saya tinggal di daerah 3T selama satu tahun tepatnya di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Saya mengabdi di daerah 3T ini karena saya sengaja mendaftarkan diri dalam program SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal), yaitu program dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selesai kuliah S-1, saya menantang diri saya untuk berpengalaman lebih banyak dalam dunia pendidikan sesuai dengan ijazah sarjana saya yaitu sarjana pendidikan.

Parigi Moutong adalah daerah penempatan saya yang merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sulawesi tengah. Saya baru tahu daerah ini karena kabupaten ini adalah salah satu daerah sasaran Program SM-3T yang saya ikuti di LPTK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Selain Parigi Moutong, Ada 4 daerah sasaran 3T lainnya sebagai penempatan kami untuk melaksanakan pengabdian dalam dunia pendidikan, yaitu Kabupaten Asmat, Maluku Tenggara Barat, Nias Selatan, dan Timur Tengah Utara.

Penempatan daerah pengabdian ini adalah hak dari LPTK penyelenggara SM-3T, sehingga kami tidak dapat memilih daerah mana yang kami inginkan. Pada saat pengumuman daerah penempatan, Parigi Moutong merupakan daerah penempatan saya. Pengumuman tersebut diberitahukan dua hari sebelum keberangkatan kami ke daerah pengabdian. Sehingga pada saat pelatihan sebelum keberangkatan, Kami memang telah menyiapkan kebutuhan untuk satu tahun kedepan di dalam tas masing-masing. Mulai dari pakaian, sepatu, sandal, selimut, alat penerang, obat-obatan, dan lain-lain. Sebisa mungkin barang yang kami bawa haruslah benar-benar dibutuhkan dan dipakai agar barang bawaan tidak terlalu berlebih-lebihan. Karena dipastikan Medan jalan yang akan kami lewati ketika ke daerah pengabdian akan membuat kami susah sendiri jika terlalu banyak barang bawaan.
Saya dan barang bawaan untuk 1 tahun ke depan
Pelatihan sebelum keberangkatan dilaksanakan di LPTK universitas masing-masing. Karena saya tes di LPTK UPI, jadi saya ke Bandung dengan membawa semua persiapan untuk satu tahun kedepan itu. Saya berangkat dari Palembang ke Bandung untuk mengikuti latihan prakondisi daerah sasaran 3T. Sedih rasanya ketika berpamitan dengan orang tua untuk mengabdi di daerah orang yang jaraknya cukup jauh. Palembang, Sumatera Selatan ke Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

A lot can happen in a year.
Bersama rombongan 54 orang, kami berangkat ke Parigi Moutong dari Bandara Soekarno Hatta ke Bandara Sis Al-Jufri di Palu. Dari Palu ke Ibukota Parigi Moutong yaitu Kecamatan Parigi memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan medan jalan yang berliku-liku melewati bukit yang namanya kebun kopi.

Ketika sampai di Kecamatan Parigi, 54 orang tersebut dibagi ke sekolah-sekolah di beberapa kecamatan yang ada di Parigi mautong. Tiap sekolah, hanya ada satu atau dua orang saja yang akan mengajar di sekolah tersebut.

Sekolah pada tiap kecamatan memiliki perbedaan kualitas dan fasilitas yang bisa dibilang sangat jauh. Kebetulan saya ditempatkan di sekolah yang berada di Kecamatan Parigi yang merupakan ibukota dari Parigi Moutong. Sekolah tempat saya mengajar yaitu di SMP yang lumayan favorit di kecamatan itu. Karena tempatnya di Ibukota Kabupaten, perbedaan fasilitas dan kualitas sekolah tempat saya mengabdi dengan teman-teman saya lainnya itu sangat berbeda. Terlebih yang mengajar di Sekolah Dasar.
Suasana kelas VII pada saat mengajar, SMP N 1 Parigi, Kec. Parigi
Selesai mengajar di kelas VIII
Jika melihat sekolah tempat saya mengabdi mungkin teman-teman akan berpikir dan bertanya bahwa ini daerah 3Tnya dilihat dari mana? Kok bisa daerah ini dikatakan daerah 3T?

Inilah pertanyaan kami ketika kami disambut oleh Bupati Parigi Moutong ke rumah jabatannya yang ada di Kecamatan Parigi. Kata Bapak bupati, Kabupaten Parigi Moutong dikatakan daerah 3T karena memenuhi kriteria sebagai daerah 3T, bahwasanya Sumber Daya Manusia (SDM) daerah ini di bawah angka minimal sehingga daerah tersebut dikatakan daerah 3T. Kata Bapak Bupati lagi mengapa SDMnya di bawah angka minimal, karena masih banyak masyarakat yang tidak bisa membaca, yang pendidikannya hanya sebatas SD, atau tidak tamat SD, yang menggunakan handphone bagus hanya untuk mendengarkan musik karena tidak tahu cara penggunaan handphone dengan baik, dan sebagainya.

Jika dilihat dari infrastrukturnya, Kecamatan Parigi juga memiliki infrastruktur yang baik, sangat tidak terlihat sebagai daerah 3T. Tetapi, untuk kecamatan lainnya, masih banyak kekurangan di sana-sini. Oleh sebab itu dikatakanlah daerah ini daerah 3T. Perlu diketahui bahwa Kabupaten Parigi Moutong adalah kabupaten baru dengan usia ±10 tahun, sehingga memang sedang dalam tahap pembangunan.
Perjalanan menuju ke sekolah. Kec. Tinombo
Sangat terlihat berbeda bukan?
Intinya dalam satu kabupaten, pemerataan fasilitas dan kualitas setiap sekolah itu berbeda-beda.

Kalimat kutipan cerita tiap-tiap sekolah dari teman-temanku pada tiap kecamatan
·        Siswa saya ada yang sudah duduk di bangku SMA tapi tidak mengerti pecahan. Tetapi mereka masih punya semangat untuk belajar.
·        Siswa saya kadang masuk sekolah kadang juga tidak karena sering membantu orang tuanya untuk ikut bekerja. Mereka ingin pergi ke sekolah, tetapi demi untuk makan sehari-hari mereka lebih memilih membantu orangtua.
·        Siswa saya sudah mau Ujian Nasional tetapi membaca saja dia belum lancar. Bagaimana coba??? Saya memberikan jam tambahan khusus untuk mengajar baca, tulis, dan hitung. Mereka sangat antusias.
·        Di tengah jam pelajaran sebagian isi kelas bolos sekolah hanya untuk duduk-duduk menonton orang bermain bola atau bermain-main.
·        Sebagian besar siswa, motivasi belajarnya sangat kurang.
Kalimat-kalimat tersebut hampir dirasakan oleh kami yang mengajar di sekolah yang fasilitasnya kurang memadai ataupun sekolah yang fasilitasnya telah memadai. Namun begitu, kami tetap punya mimpi dan harapan bahwa MUTIARA di Parigi Moutong tidak akan pernah hilang. 

Tidak ada anak yang tidak pintar. Semua anak memiliki kelebihan dan kurangan masing-masing. Mereka hanya perlu dibimbing untuk tahu bagian mana yang harus digosok agar kilauan mutiara itu bersinar dengan indah. Ini adalah tugas kami sebagai orangtua mereka di sekolah untuk dapat membimbing mereka sebaik-baiknya. 

Kurangnya motivasi belajar anak juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi saat ini. Untuk beberapa kecamatan memang untuk mendapatkan sinyal itu sangat susah sekali tetapi di kecamatan saya, sinyal sangat bersahabat. Sehingga penggunaan alat komunikasi handphone yang tidak didampingi oleh orang tua sangat mempengaruhi kualitas belajar anak. 

Di sekolah tempat saya mengajar, untuk buku paket pelajaran telah disiapkan masing-masing anak mendapatkan satu buku untuk tiap mata pelajaran. Tetapi pada saat pelajaran seringkali buku tertinggal, buku hilang, lupa membawa, dan lain-lain. Perpustakaan sekolah juga hanya dikunjungi oleh beberapa anak saja yang benar-benar antusias untuk membaca.


Adanya temuan permasalahan permasalahan daerah 3T yang kami temui sebagai pendidik, hal yang kami lakukan adalah selalu memotivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar, dengan memberikan contoh-contoh teladan melalui cerita atau metode pembelajaranmenarik yang dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran.
Anak-anak diajarkan untuk bermimpi dan berusaha untuk menggapai mimpinya dengan banyak belajar, berdoa, melakukan kegiatan yang positif dan pantang menyerah untuk menggapai cita-citanya.
Selain memotivasi  siswa untuk giat belajar dan berfikir positif dalam proses belajar mengajar dan dalam kehidupan sehari-hari, kami juga mengadakan beberapa kegiatan untuk membantu dan membagikan sedikit ilmu dari kami SM-3T UPI Kabupaten Parigi Moutong, yaitu;
·        Penggalangan donasi buku dan seragam sekolah dengan tema Berbagi Menggali Mutiara Khatulistiwa, Buku untuk Peradaban dan Unity (Uniform Charity)
·        Khatulistiwa Education Expo (KEE) "Membangun Insan Kreatif dan Berkarakter Berbasis Kearifan Lokal"
·        Seminar Internet Sehat "Mari Mengunduh yang Sehat dan Mengunggah yang Bermanfaat"
Alhamdulillah hasil donasi yang dikumpulkan lumayan banyak dan dapat didistribusikan pada tiap-tiap sekolah yang membutuhkan. Banyak komunitas ataupun individu yang ikut berkontribusi menggalangkan dan memberikan donasi, kami sangat berterimakasih kepada semua donatur.
Dokumentasi pendistribusian hasil donasi
Kegiatan Khatulistiwa Education Expo (KEE) ini kami adakan selama beberapa hari dengan tujuan untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional Tahun 2017 dan ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Kabupaten Parigi Moutong.

Dalam kegiatan ini kami memberikan informasi mengenai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kepada guru-guru perwakilan tiap sekolah dalam bentuk seminar. Narasumber dari seminar ini adalah teman kami yaitu Santy Yulianti, S.Pd yang merupakan guru ABK. Seminar tentang ABK ini memang telah dinantikan di Kabupaten Parigi Moutong. Mengapa? Karena di tiap sekolah umum (bukan sekolah khusus ABK) pada jenjang kelasnya terdapat ABK yang dalam mendidik dan membimbingnya perlu perhatian khusus. Hal ini terjadi karena orangtua siswa ABK tetap ingin anaknya sekolah di sekolah umum.

Selain Seminar ABK ada beberapa kegiatan yang memberikan informasi tentang SM-3T, pameran tentang inovasi dalam media pembelajaran, kegiatan literasi, pameran kreasi seni siswa, dan inovasi kuliner. Semua kegiatan berlangsung dengan baik karena antusias pengunjung Khatulistiwa Education Expo (KEE) ini bener-bener diminati dan diperhatikan oleh pemerintah daerah setempat.

Seminar Internet Sehat dengan tema "Mari Mengunduh yang Sehat dan Mengunggah yang Bermanfaat". Diadakan untuk memberikan informasi pemanfaatan internet dengan bijak kepada siswa. Karena, untuk beberapa daerah yang memiliki sinyal internet yang kuat, anak-anak harus tahu dan sadar bahwa disamping kebermafaatan internet, ada banyak pula kerugiannya.

Kami SM-3T UPI Kabupaten Parigi Moutong telah berusaha dan berupaya sebaik mungkin agar apa yang kami berikan di daerah pengabdian kami ini dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan bagi siswa, guru, maupun masyarakat. Perubahan untuk Indonesia yang lebih baik seperti KORINDO yang memberikan berbagai bantuan kepada warga di Kabupaten Asmat, Papua, untuk menekan kasus gizi buruk dan angka kematian ibu melahirkan. 

KORINDO Grup merupakan perusahaan terdepan di berbagai industri di pasar Asia Tenggara yang memiliki banyak hal yang bisa dibanggakan. Selama 48 tahun beroperasi, KORINDO Grup telah membangun bisnis dengan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi negara serta menjunjung tinggi praktik-praktik ramah lingkungan dan berorientasi masa depan, salah satunya adalah dengan Membangun perbatasan jadi terasnya Indonesia.

Satu tahun di Parigi Moutong memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi kami. Apa yang telah kami lakukan dan kami berikan tidaklah lebih dari cukup. Masih banyak kekurangan dan kesalahan kami dalam mengabdikan diri di Parigi Moutong. 

Kami yakin bahwa ada dan akan terus bertambah mutiara di Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Aamiin...

Beberapa Dokumentasi Pengabdian Kami
Keadaan sekolah sebelum dan sesudah dibangun.
 SDKT Saluengi, Kec. Tomini








Suasana UAS SDN 2 Terpencil Tilung
























Monday, April 8, 2019

Hutanku Lestari Jiwaku Asri, Hutanku Sedih Jiwaku Mati

Indonesia Menanam.
One Man One Tree.
Go Green!
Jaga Hutan!
Lestari Hutan

Apa lagi tagline yang pernah teman-teman dengar untuk menjaga, menyelamatkan dan melestarikan hutan?
Memangnya ada apa dengan hutan? Apa kabar hutan Indonesia? Apakah baik-baik saja?

hmmm... sejak dulu telah banyak dicanangkan upaya untuk menjaga, menyelamatkan dan melestarikan hutan. Berhasilkah? Mungkin belum sesuai dengan apa yang diharapkan, karena semakin banyak upaya untuk hutan menjadi lebih baik dan berdiri di tempatnya, semakin banyak pula ulah manusia yang menjadikan hutan murka. 

Sabtu yang lalu 23 Maret 2019, di Kuto Besak Theatre Restaurant (KBTR), saya hadir ke acara talkshow dengan tema "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari" yang digagas oleh Yayasan DR. Sjahrir (YDS) dan Climate Reality Indonesia. Diskusi santai tetapi berbobot membuat saya senang karena mengetahui kondisi terkini tentang hutan tetapi sekaligus sedih karena tau gimana keadaan hutan saat ini. Hutan kita lagi sekarat! huft... 

Diawali oleh Ibu Dr.Amanda Katili Niode selaku Manager Climate Reality Indonesia yang mengingatkan akan kejadian suhu ekstrim yang terdampak pada 60 juta orang di Amerika dengan suhu -40 Celcius dan Australia +50 Celcius. Bisa dibayangkan bagaimana dingin dan panasnya suhu tersebut. Saya mendengar berita ini bahwa beberapa orang ditemukan tewas membeku di garasi dan jalan raya diakibatkan dilanda suhu ekstrim. Yang jelas tidak ada lagi keinginan untuk menikmati indahnya musim dingin jika suhu mencapai minus 40 celcius. Semoga tidak terulang lagi kejadian seperti itu. aamiin.

Keadaan Indonesia
Di Indonesia telah mengalami 2481 bencana, 97% hidrometereologi, 10 juta orang menderita dan mengungsi. Kenyataan tersebut adalah dampak dari kegiatan manusia yang berlebihan sehingga menimbulkan Pemanasan global dan perubahan iklim yang membuat dampak bencana dan penghidupan bagi manusia, tumbuhan dan hewan, kata Ibu Amanda. 
save today, survive tomorrow 
Kegiatan Manusia yang Berlebihan
Selanjutnya, beliau menjelaskan dari mana emisi gas rumah kaca Indonesia. 
Emisi gas rumah kaca di Indonesia, seperti pada gambar di atas paling banyak disebabkan oleh penggunaan lahan atau hutan. Penggunaan lahan dan pemanfaatan hasil hutan yang tidak bijak menyebabkan berbagai macam bencana yang telah terasa beberapa tahun terakhir ini. Penebangan pohon, pembakaran hutan menyebabkan banjir, tanah longsor dan kekeringan air tanah. Selain itu, perubahan iklim menyebabkan tinggi air laut dan suhu global meningkat, samudera memanas,menyebabkan kejadian ekstrem seperti di Amerika dan Australia, pengasaman samudera dan es meleleh. 

Dulu waktu saya masih di bangku SMA, guru menjelaskan bahwa es di Kutub Utara atau Selatan mulai mencair akibat pemanasan global. Hal tersebut menyebabkan air laut meningkat dan jika terus menerus demikian maka bumi akan tenggelam. Jika dulu sudah seperti itu, bagaimana dengan keadaan sekarang??? MasyaAllah... 
Save forests, save the climate!


Jika sistem global rentan iklim, maka berdampak pula dengan instabilitas politik dan sosial. Para petani akan gagal panen dan menyebabkan harga bahan pokok melambung tinggi, sulitnya air bersih, gangguan kesehatan bagi masyarakat, dan infrastruktur menjadi rusak akan mengakibatkan berbagai hal lainnya terganggu, ujar Ibu Amanda. 

Singkat cerita pengalaman saya dan teman-teman saya yang ditempatkan di berbagai pelosok negeri, karena berubahan iklim merasakan sulitnya pergi dari satu tempat ke tempat lainnya karena jalan atau jembatan yang rusak akibat tanah longsor, sulitnya air bersih karena kekeringan sehingga mandi memakai air galon, dan terkena penyakit malaria di beberapa daerah. Dan yang membuat hati ini menangis adalah penggunaan lahan-lahan (hutan) sekitar daerah pariwisata yang menyebabkan hutan tidak berfungsi dengan baik. Sayang sekali..... 

Solusi Perubahan Iklim
Yayasan DR. Sjahrir (YDS) dan Climate Reality Indonesia bersama-sama mengajak pemuda dan masyarakat untuk meningkatkan aksi nyata menghadapi perubahan iklim global dan khususnya menjaga kelestarian hutan. Solusi dari perubahan iklim ini yaitu mitigasi dan adaptasi. 
Langkah awal yang dapat dilakukan sebagai masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan dan menjadi bagian untuk mengurangi kerentanan terhadap dampak iklim yaitu mengurangi penggunaan plastik, lebih banyak makan buah-buahan dan sayur-sayuran dari pada daging. Saya pernah membaca dan melihat berita bahwa orang di luar negeri ini mulai lebih banyak memakan sayur dan buah (menjadi vegetarian), saya tidak tau betul apa alasan untuk menjadi vegan selain keinginan seseorang itu sendiri ingin menjadi vegan. Tetapi ternyata mengurangi makan daging itu adalah suatu bentuk kontribusi untuk menjaga hutan tetap lestari.

Ternyata dengan mengurangi makan daging 8 juta hidup manusia pada 2050 dapat diselamatkan, menghemat biaya kesehatan dan kerusakan iklim 1,5 triliun dolar AS. "Hayoo nanti kita lihat menu makan siangnya banyak daging atau sayurnya", kata Ibu Amanda. Hehehe... 
we need forests, forests don't need us!
Ibu Dr. Amanda Katili Niode
Artisnya di sini adalah POHON, begitu kalimat yang saya ingat dari Ibu Dr. Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia. Beliau memberikan banyak pengetahuan baru bagi saya tentang pengembalian fungsi hutan untuk menjaga hutan tetap lestari. 
Ibu Dr.Atiek Widayati, Tropenbos Indonesia
Sebagai orang awam tentang ilmu kehutanan, saya mengartikan apa yang disampaikan oleh Ibu Atiek, begini.....
Hutan itu kan identik dengan pohon-pohon yang tinggi ya, nahh pohon-pohon itu bisa dibilang adalah penyelamat kelangsungan hidup bumi dan makhluk hidup lain seisinya. pohon mengikat struktur tanah yang lemah, mencegah dataran tinggi dari ancaman bencana tanah longsor, menyerap secara konsisten CO2 dari atmosfer dan mencegah bumi dari pemanasan global. Jika sang penyelamat (pohon) dihabiskan, bagaimana dengan kehidupan makhluk hidup di bumi ini???? Please be kind, human!
mengembalikan fungsi hutan dengan membuat pohon tetap tinggi
Kelestarian hutan adalah tanggung jawab bersama, tuhan menciptakan pohon dan menjadikannya hutan bukanlah tanpa alasan. Keseimbangan alam, hutan, dan makhluk hidup di bumi ini harus tetap dijaga demi kelangsungan hidup yang nyaman di bumi ini. 
Janganlah terulang lagi kejadian suhu ekstrem di beberapa negara atau kekeringan air tanah akibat perubahan iklim yang kian hari kian tidak pasti. Sudah selayaknya berbenah diri mengupayakan untuk mengembalikan fungsi hutan melalui pengelolaan lansekap berkelanjutan, seperti yang disampaikan oleh Ibu Atiek agar masyarakat dapat mengelola dan memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). 

Pemanfaatan HHBK dapat menghasilkan berbagai produk unggulan yang memiliki nilai ekonomis. Sehingga warga dapat bermatapencaharian sembari memelihara dan menjaga kelestarian hutan. 
Rotan, Madu Hutan, Kulit Pohon/Dedaunan
Pohon untuk Ekonomi Kreatif
Untuk fashion, banyak orang menilai bahwa fashion dari hasil alam itu lebih elegan, unik dan etnik. Setuju kan? Kalau saya setuju sekali. 

Ibu Ir. Murni Titi Resdiana, MBA selaku Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim yang menjelaskan bahwa kebijakan perubahan iklim berkaitan dengan upaya pemerintah untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan dengan upaya mengembangkan ekonomi kreatif melalui pengelolaan hutan lestari dan pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)Pengelolaan HHBK dapat menghasilkan berbagai macam produk kreatif, unik dan bernilai tinggi dan pemasaran produk HHBK ini diminati dari dalam negeri hingga internasional. 

Sekarang, trend fashion internasional yang berbau etnik sedang dan makin banyak diminati oleh masyarakat. Seperti kerajinan tekstil dari Galeri Wong Kito (GWK) yang menggunakan daun jati teknik eco print dan pewarna alam yang berasal dari akar atau kulit kayu. Kain yang digunakan adalah kain viscose (serat pohon) dan kain sutera sebagai produk unggulannya. Selain tekstil, GWK juga memproduksi kerajinan gelang dari kayu gaharu dan minyak atsiri yang telah diekspor ke berbagai negara. 
Koleksi kain Eco Print dari Galeri Wong Kito
Gelang Kayu Gaharu Galeri Wong Kito
Minyak Atsiri
Ada juga kerajinan dari Mellin Gallery yang memanfaatkan limbah potongan-potongan kayu yang diambil dari depot kayu pembuat kusen, pintu, dan lain-lain secara gratis saja. Kerajinan Mellin Gallery ini yaitu hiasan dinding atau miniatur khas Palembang. Setiap hari Mellin Gallery membuat pesanan konsumen yang biasanya dari kalangan pemerintah, yayasan dan lain-lain. 
Miniatur Ampera, Gantungan Kunci, dan Hiasan Dinding dari Mellin Gallery
Kemudian ada juga produk makanan dari bahan alami juga dipilih masyarakat karena produk tersebut menghindari resiko penyakit dan lebih menyehatkan. Walaupun terkadang harganya sedikit lebih mahal, "Saya kira masyarakat sekarang lebih memilih untuk hidup sehat dari pada membayar biaya sakit", ujar Ibu Murni. 
Ibu Ir. Murni Titi Resdiana, MBA
Seperti pameran dari Sinar Mas yang berkomitmen pada praktik bisnis berkelanjutan melalui aspek ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Bisnis dari brand Sinar Mas salah satunya adalah agribisnis dan pangan, sehingga pada mini exhibition kemarin menampilkan berbagai hasil dari pengelolaan HHBK berupa makanan ringan, minuman jahe dan sebagainya. Pemerintah Indonesia melakukan perubahan pendekatan dengan melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat. Program Perhutanan Sosial adalah salah satu peraturan yang mendukung peran masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari. 
Baca Juga: Menanam Pohon Untuk Ekonomi Kreatif


Desa Makmur Peduli Api (DMPA)

Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial. Hal ini sejalan dengan Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari APP Sinar Mas yang berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia dan mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Bapak Janudianto, dari Asian Pulp and Paper Sinar Mas menyampaikan berbagai upaya dari DMPA untuk membangun desa tepi hutan agar dapat mengelola dan memanfaatkan perhutanan sosial. 
Bapak Janudianto, Asian Pulp and Paper Sinar Mas

Demo Masak Jejamuran dan Chicken Wings

Selesai acara, kami melihat demo masak dengan bahan jamur dan sayap ayam. Para ibu-ibu antusias melihat chef sedang memasak sambil mengintip resep ala chef.
foto

Teknik Eco Print dari Galeri Wong Kito
Hasil kain dengan teknik eco print ini memberikan kesan yang sangat unik, etnik dan natural sesuai dengan bentuk daun yang digunakan. Daun jati digunakan ketika demo teknik eco print pada kain viscose. Butuh kesabaran dan ketelitian pada saat proses mentransfer bentuk daun seutuhnya pada kain. Saya tertarik sekali untuk membuat karya dengan teknik eco print ini....hihii

Kesimpulan dari talkshow dengan tema "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari" bersama Yayasan DR. Sjahrir dan Climate Reality Indonesia ini adalah semua yang berasal dari alam khususnya hutan sangat berguna untuk kebutuhan manusia. Kerusakan hutan yang telah terjadi janganlah diratapi, tetapi harus dapat memberikan solusi dengan mengembalikan fungsi hutan dalam berbagai aspek. Hal yang paling mendasar adalah mengubah kebiasaan dari diri sendiri untuk mengurangi sampah plastik dan menggunakan barang atau kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan agar dapat berkontribusi untuk menjaga hutan menjadi lebih baik dan tetap lestari. 

Hutanku Lestari Jiwaku Asri, Hutanku Sedih Jiwaku Mati.


Terimakasih kepada Yayasan DR. Sjahrir dan Climate Reality Indonesia yang telah memberikan banyak wawasan bagi saya untuk lebih mencintai hutan dan lingkungan serta ikut berkontribusi untuk menyebarluaskan solusi pengelolaan hutan lestari agar hutan Indonesia tetap lestari.
Foto Bersama Narasumber dan Bloggers

Yayasan Doktor Sjahrir (YDS) merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk untuk meneruskan warisan DR. Sjahrir (Alm) dan bergerak di bidang Pendidikan, Kesehatan dan Lingkungan. Dalam dua tahun terakhir, YDS telah melaksanakan serangkaian kegiatan peningkatan kapasitas kepada pemuda dan masyarakat akan pentingnya aksi nyata menghadapi perubahan iklim global, dan khususnya pentingnya menjaga kelestarian hutan. Salah satunya adalah talkshow bagaimana pengelolaan hutan lestari bersama Bloggers di beberapa kota dengan menampilkan mini exhibition  pada setiap keunggulan masing-masing daerah. Diharapkan kegiatan ini dapat disebar luaskan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan hutan lestari di Indonesia. Kunjungi web Yayasan Doktor Sjahrir dan Lestari Hutan, instagram: @yayasandoktorsjahrir twitter: @ysjahrir untuk info lebih lanjut.

The Climate Reality Project Indonesia merupakan bagian dari The Climate Reality Project yang berbasis di Amerika Serikat dan dipimpin oleh Mantan Wakil Presiden Al Gore, memiliki lebih dari 300 relawan, yang disebut climate reality leader di Indonesia yang fokus dan aktif dalam melakukan sosialisasi perubahan iklim dan mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi. 






THEME BY RUMAH ES