Pages - Menu

Monday, April 8, 2019

Hutanku Lestari Jiwaku Asri, Hutanku Sedih Jiwaku Mati

Indonesia Menanam.
One Man One Tree.
Go Green!
Jaga Hutan!
Lestari Hutan

Apa lagi tagline yang pernah teman-teman dengar untuk menjaga, menyelamatkan dan melestarikan hutan?
Memangnya ada apa dengan hutan? Apa kabar hutan Indonesia? Apakah baik-baik saja?

hmmm... sejak dulu telah banyak dicanangkan upaya untuk menjaga, menyelamatkan dan melestarikan hutan. Berhasilkah? Mungkin belum sesuai dengan apa yang diharapkan, karena semakin banyak upaya untuk hutan menjadi lebih baik dan berdiri di tempatnya, semakin banyak pula ulah manusia yang menjadikan hutan murka. 

Sabtu yang lalu 23 Maret 2019, di Kuto Besak Theatre Restaurant (KBTR), saya hadir ke acara talkshow dengan tema "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari" yang digagas oleh Yayasan DR. Sjahrir (YDS) dan Climate Reality Indonesia. Diskusi santai tetapi berbobot membuat saya senang karena mengetahui kondisi terkini tentang hutan tetapi sekaligus sedih karena tau gimana keadaan hutan saat ini. Hutan kita lagi sekarat! huft... 

Diawali oleh Ibu Dr.Amanda Katili Niode selaku Manager Climate Reality Indonesia yang mengingatkan akan kejadian suhu ekstrim yang terdampak pada 60 juta orang di Amerika dengan suhu -40 Celcius dan Australia +50 Celcius. Bisa dibayangkan bagaimana dingin dan panasnya suhu tersebut. Saya mendengar berita ini bahwa beberapa orang ditemukan tewas membeku di garasi dan jalan raya diakibatkan dilanda suhu ekstrim. Yang jelas tidak ada lagi keinginan untuk menikmati indahnya musim dingin jika suhu mencapai minus 40 celcius. Semoga tidak terulang lagi kejadian seperti itu. aamiin.

Keadaan Indonesia
Di Indonesia telah mengalami 2481 bencana, 97% hidrometereologi, 10 juta orang menderita dan mengungsi. Kenyataan tersebut adalah dampak dari kegiatan manusia yang berlebihan sehingga menimbulkan Pemanasan global dan perubahan iklim yang membuat dampak bencana dan penghidupan bagi manusia, tumbuhan dan hewan, kata Ibu Amanda. 
save today, survive tomorrow 
Kegiatan Manusia yang Berlebihan
Selanjutnya, beliau menjelaskan dari mana emisi gas rumah kaca Indonesia. 
Emisi gas rumah kaca di Indonesia, seperti pada gambar di atas paling banyak disebabkan oleh penggunaan lahan atau hutan. Penggunaan lahan dan pemanfaatan hasil hutan yang tidak bijak menyebabkan berbagai macam bencana yang telah terasa beberapa tahun terakhir ini. Penebangan pohon, pembakaran hutan menyebabkan banjir, tanah longsor dan kekeringan air tanah. Selain itu, perubahan iklim menyebabkan tinggi air laut dan suhu global meningkat, samudera memanas,menyebabkan kejadian ekstrem seperti di Amerika dan Australia, pengasaman samudera dan es meleleh. 

Dulu waktu saya masih di bangku SMA, guru menjelaskan bahwa es di Kutub Utara atau Selatan mulai mencair akibat pemanasan global. Hal tersebut menyebabkan air laut meningkat dan jika terus menerus demikian maka bumi akan tenggelam. Jika dulu sudah seperti itu, bagaimana dengan keadaan sekarang??? MasyaAllah... 
Save forests, save the climate!


Jika sistem global rentan iklim, maka berdampak pula dengan instabilitas politik dan sosial. Para petani akan gagal panen dan menyebabkan harga bahan pokok melambung tinggi, sulitnya air bersih, gangguan kesehatan bagi masyarakat, dan infrastruktur menjadi rusak akan mengakibatkan berbagai hal lainnya terganggu, ujar Ibu Amanda. 

Singkat cerita pengalaman saya dan teman-teman saya yang ditempatkan di berbagai pelosok negeri, karena berubahan iklim merasakan sulitnya pergi dari satu tempat ke tempat lainnya karena jalan atau jembatan yang rusak akibat tanah longsor, sulitnya air bersih karena kekeringan sehingga mandi memakai air galon, dan terkena penyakit malaria di beberapa daerah. Dan yang membuat hati ini menangis adalah penggunaan lahan-lahan (hutan) sekitar daerah pariwisata yang menyebabkan hutan tidak berfungsi dengan baik. Sayang sekali..... 

Solusi Perubahan Iklim
Yayasan DR. Sjahrir (YDS) dan Climate Reality Indonesia bersama-sama mengajak pemuda dan masyarakat untuk meningkatkan aksi nyata menghadapi perubahan iklim global dan khususnya menjaga kelestarian hutan. Solusi dari perubahan iklim ini yaitu mitigasi dan adaptasi. 
Langkah awal yang dapat dilakukan sebagai masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan dan menjadi bagian untuk mengurangi kerentanan terhadap dampak iklim yaitu mengurangi penggunaan plastik, lebih banyak makan buah-buahan dan sayur-sayuran dari pada daging. Saya pernah membaca dan melihat berita bahwa orang di luar negeri ini mulai lebih banyak memakan sayur dan buah (menjadi vegetarian), saya tidak tau betul apa alasan untuk menjadi vegan selain keinginan seseorang itu sendiri ingin menjadi vegan. Tetapi ternyata mengurangi makan daging itu adalah suatu bentuk kontribusi untuk menjaga hutan tetap lestari.

Ternyata dengan mengurangi makan daging 8 juta hidup manusia pada 2050 dapat diselamatkan, menghemat biaya kesehatan dan kerusakan iklim 1,5 triliun dolar AS. "Hayoo nanti kita lihat menu makan siangnya banyak daging atau sayurnya", kata Ibu Amanda. Hehehe... 
we need forests, forests don't need us!
Ibu Dr. Amanda Katili Niode
Artisnya di sini adalah POHON, begitu kalimat yang saya ingat dari Ibu Dr. Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia. Beliau memberikan banyak pengetahuan baru bagi saya tentang pengembalian fungsi hutan untuk menjaga hutan tetap lestari. 
Ibu Dr.Atiek Widayati, Tropenbos Indonesia
Sebagai orang awam tentang ilmu kehutanan, saya mengartikan apa yang disampaikan oleh Ibu Atiek, begini.....
Hutan itu kan identik dengan pohon-pohon yang tinggi ya, nahh pohon-pohon itu bisa dibilang adalah penyelamat kelangsungan hidup bumi dan makhluk hidup lain seisinya. pohon mengikat struktur tanah yang lemah, mencegah dataran tinggi dari ancaman bencana tanah longsor, menyerap secara konsisten CO2 dari atmosfer dan mencegah bumi dari pemanasan global. Jika sang penyelamat (pohon) dihabiskan, bagaimana dengan kehidupan makhluk hidup di bumi ini???? Please be kind, human!
mengembalikan fungsi hutan dengan membuat pohon tetap tinggi
Kelestarian hutan adalah tanggung jawab bersama, tuhan menciptakan pohon dan menjadikannya hutan bukanlah tanpa alasan. Keseimbangan alam, hutan, dan makhluk hidup di bumi ini harus tetap dijaga demi kelangsungan hidup yang nyaman di bumi ini. 
Janganlah terulang lagi kejadian suhu ekstrem di beberapa negara atau kekeringan air tanah akibat perubahan iklim yang kian hari kian tidak pasti. Sudah selayaknya berbenah diri mengupayakan untuk mengembalikan fungsi hutan melalui pengelolaan lansekap berkelanjutan, seperti yang disampaikan oleh Ibu Atiek agar masyarakat dapat mengelola dan memanfaatkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). 

Pemanfaatan HHBK dapat menghasilkan berbagai produk unggulan yang memiliki nilai ekonomis. Sehingga warga dapat bermatapencaharian sembari memelihara dan menjaga kelestarian hutan. 
Rotan, Madu Hutan, Kulit Pohon/Dedaunan
Pohon untuk Ekonomi Kreatif
Untuk fashion, banyak orang menilai bahwa fashion dari hasil alam itu lebih elegan, unik dan etnik. Setuju kan? Kalau saya setuju sekali. 

Ibu Ir. Murni Titi Resdiana, MBA selaku Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim yang menjelaskan bahwa kebijakan perubahan iklim berkaitan dengan upaya pemerintah untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan dengan upaya mengembangkan ekonomi kreatif melalui pengelolaan hutan lestari dan pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)Pengelolaan HHBK dapat menghasilkan berbagai macam produk kreatif, unik dan bernilai tinggi dan pemasaran produk HHBK ini diminati dari dalam negeri hingga internasional. 

Sekarang, trend fashion internasional yang berbau etnik sedang dan makin banyak diminati oleh masyarakat. Seperti kerajinan tekstil dari Galeri Wong Kito (GWK) yang menggunakan daun jati teknik eco print dan pewarna alam yang berasal dari akar atau kulit kayu. Kain yang digunakan adalah kain viscose (serat pohon) dan kain sutera sebagai produk unggulannya. Selain tekstil, GWK juga memproduksi kerajinan gelang dari kayu gaharu dan minyak atsiri yang telah diekspor ke berbagai negara. 
Koleksi kain Eco Print dari Galeri Wong Kito
Gelang Kayu Gaharu Galeri Wong Kito
Minyak Atsiri
Ada juga kerajinan dari Mellin Gallery yang memanfaatkan limbah potongan-potongan kayu yang diambil dari depot kayu pembuat kusen, pintu, dan lain-lain secara gratis saja. Kerajinan Mellin Gallery ini yaitu hiasan dinding atau miniatur khas Palembang. Setiap hari Mellin Gallery membuat pesanan konsumen yang biasanya dari kalangan pemerintah, yayasan dan lain-lain. 
Miniatur Ampera, Gantungan Kunci, dan Hiasan Dinding dari Mellin Gallery
Kemudian ada juga produk makanan dari bahan alami juga dipilih masyarakat karena produk tersebut menghindari resiko penyakit dan lebih menyehatkan. Walaupun terkadang harganya sedikit lebih mahal, "Saya kira masyarakat sekarang lebih memilih untuk hidup sehat dari pada membayar biaya sakit", ujar Ibu Murni. 
Ibu Ir. Murni Titi Resdiana, MBA
Seperti pameran dari Sinar Mas yang berkomitmen pada praktik bisnis berkelanjutan melalui aspek ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Bisnis dari brand Sinar Mas salah satunya adalah agribisnis dan pangan, sehingga pada mini exhibition kemarin menampilkan berbagai hasil dari pengelolaan HHBK berupa makanan ringan, minuman jahe dan sebagainya. Pemerintah Indonesia melakukan perubahan pendekatan dengan melibatkan banyak pihak termasuk masyarakat. Program Perhutanan Sosial adalah salah satu peraturan yang mendukung peran masyarakat dalam pengelolaan hutan lestari. 
Baca Juga: Menanam Pohon Untuk Ekonomi Kreatif


Desa Makmur Peduli Api (DMPA)

Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial. Hal ini sejalan dengan Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari APP Sinar Mas yang berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca Indonesia dan mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan.
Bapak Janudianto, dari Asian Pulp and Paper Sinar Mas menyampaikan berbagai upaya dari DMPA untuk membangun desa tepi hutan agar dapat mengelola dan memanfaatkan perhutanan sosial. 
Bapak Janudianto, Asian Pulp and Paper Sinar Mas

Demo Masak Jejamuran dan Chicken Wings

Selesai acara, kami melihat demo masak dengan bahan jamur dan sayap ayam. Para ibu-ibu antusias melihat chef sedang memasak sambil mengintip resep ala chef.
foto

Teknik Eco Print dari Galeri Wong Kito
Hasil kain dengan teknik eco print ini memberikan kesan yang sangat unik, etnik dan natural sesuai dengan bentuk daun yang digunakan. Daun jati digunakan ketika demo teknik eco print pada kain viscose. Butuh kesabaran dan ketelitian pada saat proses mentransfer bentuk daun seutuhnya pada kain. Saya tertarik sekali untuk membuat karya dengan teknik eco print ini....hihii

Kesimpulan dari talkshow dengan tema "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari" bersama Yayasan DR. Sjahrir dan Climate Reality Indonesia ini adalah semua yang berasal dari alam khususnya hutan sangat berguna untuk kebutuhan manusia. Kerusakan hutan yang telah terjadi janganlah diratapi, tetapi harus dapat memberikan solusi dengan mengembalikan fungsi hutan dalam berbagai aspek. Hal yang paling mendasar adalah mengubah kebiasaan dari diri sendiri untuk mengurangi sampah plastik dan menggunakan barang atau kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan bahan yang ramah lingkungan agar dapat berkontribusi untuk menjaga hutan menjadi lebih baik dan tetap lestari. 

Hutanku Lestari Jiwaku Asri, Hutanku Sedih Jiwaku Mati.


Terimakasih kepada Yayasan DR. Sjahrir dan Climate Reality Indonesia yang telah memberikan banyak wawasan bagi saya untuk lebih mencintai hutan dan lingkungan serta ikut berkontribusi untuk menyebarluaskan solusi pengelolaan hutan lestari agar hutan Indonesia tetap lestari.
Foto Bersama Narasumber dan Bloggers

Yayasan Doktor Sjahrir (YDS) merupakan organisasi nirlaba yang dibentuk untuk meneruskan warisan DR. Sjahrir (Alm) dan bergerak di bidang Pendidikan, Kesehatan dan Lingkungan. Dalam dua tahun terakhir, YDS telah melaksanakan serangkaian kegiatan peningkatan kapasitas kepada pemuda dan masyarakat akan pentingnya aksi nyata menghadapi perubahan iklim global, dan khususnya pentingnya menjaga kelestarian hutan. Salah satunya adalah talkshow bagaimana pengelolaan hutan lestari bersama Bloggers di beberapa kota dengan menampilkan mini exhibition  pada setiap keunggulan masing-masing daerah. Diharapkan kegiatan ini dapat disebar luaskan kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan hutan lestari di Indonesia. Kunjungi web Yayasan Doktor Sjahrir dan Lestari Hutan, instagram: @yayasandoktorsjahrir twitter: @ysjahrir untuk info lebih lanjut.

The Climate Reality Project Indonesia merupakan bagian dari The Climate Reality Project yang berbasis di Amerika Serikat dan dipimpin oleh Mantan Wakil Presiden Al Gore, memiliki lebih dari 300 relawan, yang disebut climate reality leader di Indonesia yang fokus dan aktif dalam melakukan sosialisasi perubahan iklim dan mendorong masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi. 






3 comments:

  1. Keren emang ini. Aku tertarik sama eco print jg dek. Jadi mau ikut kelasnya? Berkabar yaaaa... Ku juga mau

    ReplyDelete
  2. Janganlah sampai hutan bersedih lalu mati...yuk selamatkan sebelum terlambat

    ReplyDelete
  3. Ngeri memang membayangkan bencana yang terjadi karena kerusakan alam. Padahal dulu pernah baca, hutan di Indonesia itu paru-paru dunia. Bisa dibayangkan jika paru-paru itu rusak...semoga gerakan menanam 1 orang 1 pohon bisa terealisasi ya....dan alam tetap lestari. Tfs mb...

    ReplyDelete

THEME BY RUMAH ES